lagi asyik ngumpul barang-bareng habis memperingati hari guru (POJOK MANIA).

halo.... halo bandung...... siswa siswi lagi asyik nyanyi bersama tuh.

memperingati hari guru.

mr. scoot lagi memberikan ceramah kepada siswa siswi SMAN 1 GALIS.

ayo mana yang menang ???.

Kepala sekolah sedang memberikan penghargaan kepada guru SMAN 1 GALIS

kepala sekolah memberikan bingkisan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan sunatan masal di SMAN 1 GALIS.

salah satu koleksi love bird ku.

Senin, 31 Januari 2011

sahabat

Steven Raditya. Sahabat terbaik yang pernah ku miliki. Sahabat yang selalu membuat duniaku berwarna. Sahabat yang selalu ada saat aku membutuhkan tempat untuk bercerita. Sahabat yang sudah mengerti sifat-sifatku dan aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya.Aku dan Ditya mempunyai hobi yang sama, yaitu ............ bermain musik. Alat musik yang dikuasai Ditya adalah piano, sedangkan aku senang bermain biola. Namun Ditya lebih pandai menyalurkan bakatnya, Ditya sering mengikuti konser atau perlombaan, bahkan Ditya pernah mengikuti lomba di Amerika. Keahlian Ditya memang sudah terbukti, Ditya banyak mendapatkan penghargaan dan hal itu membuatku iri.Aku memang senang bermain biola namun aku tahu bahwa kemampuanku masih sangat standar. Aku tidak seperti Ditya yang mengikuti kursus, aku berlatih sendiri. Dulu sewaktu aku berusia 7 tahun, mama mengajariku bermain biola. Mama adalah pemain biola yang cukup terkenal, namun saat ingin mengikuti konser di Perancis, pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan dan akhirnya mama meninggal. Seluruh keluargaku sangat terpukul atas kejadian itu dan karena aku anak tunggal, mereka mengharapkan aku untuk menjadi penerus mama.Aku sebenarnya kesulitan untuk mewujudkan harapan itu karena mereka meminta agar aku belajar bermain biola sendiri dan tidak mengikuti kursus, seperti yang dilakukan mama dulu. Ditya selalu memberiku semangat, dia selalu mengingatkanku untuk terus berlatih. Bahkan Ditya sering menawariku untuk mengikuti perlombaan di tempat kursusnya, hanya saja aku merasa belum siap dan aku menolaknya.“Rel, ada perlombaan biola lagi lho. Para juaranya nanti dapat kesempatan untuk sekolah musik di Paris. Ikut dong!” ajak Ditya seperti biasanya.“Mmm…tidak deh. Aku merasa belum siap Dit.”“Lalu kapan kamu merasa siap? Jadi orang itu harus berani mencoba. Cari pengalaman saja. Ingat Rel, kamu harus menjadi penerus mama mu,” kata Ditya.“Tapi aku…”“Sudah ikut aja! Nanti aku ambilkan formulirnya.”Ya, Ditya benar. Aku harus mulai mencoba. Menang atau kalah itu urusan belakangan yang jelas aku harus mengikuti perlombaan itu dan yang terpenting keluargaku harus mengetahui hal ini. Aku harus membuktikan bahwa aku bisa.Jhari ini adalah babak penyisihan pertama. Aku memang akhirnya setuju untuk mengikuti perlombaan itu. Papa, kakek dan Ditya datang menemaniku. Jujur, aku takut. Aku belum pernah bermain biola di depan banyak orang. “Aurel, Papa dan Kakek sangat mengharapkan kamu bisa lolos dipenyisihan ini. Tunjukan pada kami.” Tiba-tiba papa menghampiriku.Kata-kata papa terus terngiang di pikiranku. Aku menjadi sangat terbebani dengan kata-kata papa. “Aurel, lolos atau tidak, itu urusan belakangan. Aku juga sering gagal kok. Justru kegagalan itu adalah pelajaran yang paling baik. Sekarang kamu bermain dengan hati.” Ditya berusaha menghiburku. “Berikutnya kita panggil peserta dengan nomor undian 10, Aurel Patrecia. Beri sambutan yang meriah.” MC sudah memanggil namaku, ini saatnya untuk mempersembahkan yang terbaik.Tepuk tangan menyambutku saat aku berada tepat di tengah panggung. Aku memberanikan diri untuk tersenyum, meski sangat gugup. Di kursi penonton aku melihat ayah, kakek dan Ditya menatapku penuh arti. “Saya akan membawakan lagu ciptaan mama saya, Jessica Patrecia, I Wish You Hear My Song dan Give Me Your Love.” Kutarik napas dalam-dalam, lalu aku mulai mengesek biolaku. Aku mencoba menghayati setiap nada yang terdengar. Sampai pada lagu terakhir, aku merasa semua penonton terdiam, aku tidak tahu, mungkin permainanku tidak bagus.Tapi setelah aku berhenti memainkan biolaku, ku dengar tepuk tangan riuh dari para penonton. Semoga apa yang ku tampilkan adalah yang terbaik. “Permainan yang bagus, Rel. Selamat.” Ditya memelukku saat aku turun dari panggung.Aku hanya tersenyum kecil. Ditya mengajakku duduk di bangku penonton untuk menyaksikan penampilan para peserta lain. Aku tidak yakin bisa masuk 15 besar. Jumlah seluruh pesertanya saja hampir 50 orang dan menurutku semua peserta bermain bagus.“Baik, semua peserta sudah menampilkan yang terbaik. Kini saatnya pengumuman para peserta yang lolos 15 besar.”Aku mendengar tepuk tangan yang meriah dari penonton. Aku merasa takut.“Bianka Stevani, Riana Sandra, Kevin Junio, Gilang…..”Lama sekali. Kenapa namaku tidak disebut? “Yang terakhir adalah Aurel Patrecia. Selamat kalian semua lolos ke 15 besar. Grand final akan diadakan 4 bulan lagi. Tingkatkan kemampuan kalian dan tunjukan pada saat grand final. Terima kasih,” kata MC, sebelum akhirnya meninggalkan panggung. “Selamat Aurel, kamu sudah membuktikan pada Kakek dan Papa. Mamamu pasti bangga. Buktikan 4 bulan mendatang. ” Kakek memelukku. Aku merasa sangat senang.“Aurel aku punya satu berita lagi. Dua bulan lagi aku akan mengadakan konser tunggal. Aku mau kamu bermain bersamaku, Nyonya Aurel,” ajak Ditya sambil tertawa.“A..apa? Tidak, terima kasih, Tuan Ditya,” jawabku cepat.“Oh, baik kalau begitu. Aku marah.” Ditya cemberut.“Yah, kok marah sih? Ya sudah lah. Aku mau. “JJJ Ini saatnya, beberapa menit lagi konser tunggal Ditya dimulai. Ayah Ditya sudah mempersiapkan semuanya, mulai dari tempat, dekorasi, MC serta piano indah di atas panggung dan semuannya sangat menakjubkan. Penonton yang hadir bukan hanya keluarga Ditya saja, tapi juga teman-teman Ditya, beberapa musisi terkenal, dan beberapa artis. Acara kini sudah dimulai. Ditya sudah duduk di depan pianonya, di atas panggung. Hari ini penampilan Ditya sangat berbeda, lebih segar. Dia menggunakan kemeja putih yang sangat serasi dengan warna pianonya. Ditya akan memainkan 10 lagu dan 1 buah lagu akan dimainkan bersamaku. Sambil bermain piano, Ditya juga bernyanyi. Suaranya sangat indah. Semua penonton terdiam seakan terbius oleh penampilan Ditya. “Lagu yang terakhir berjudul You Are The Best Angel. Tapi kali ini saya akan ditemani sahabat saya, Aurel. Saya mohon tepuk tangannya untuk Aurel,” ujar Ditya di atas panggung.Aku naik ke atas panggung. Ku tatap semua penonton, lalu tersenyum. Ditya menganggukan kepalanya. Sorot matanya benar-benar dalam. Aku tersenyum padanya dan mulai menggesek biolaku.Suara lembut Ditya membuatku sangat berhati-hati akan permainanku. Sampai-sampai aku tidak menghayatinya. Aku gugup. Tiba-tiba nada yang kumainkan fals. Saat ku tatap Ditya, dia tampak bingung. Aku semakin tegang. Aku sudah melakukan kesalahan. Fatal.Ditya berhenti memainkan pianonya. Ku lihat tangannya gemetar. Dia menatapku cemas. Kesalahanku saat bermain biola mengakibatkan Ditya menjadi bingung dan melakukan kesalahan juga. Kami terdiam. Ku dengar penonton mulai berisik. Ditya panik.Ditya melanjutkan lagunya tanpa diiringi piano. Setelah lagu selesai dinyanyikan, penonton bertepuk tangan. Wajah Ditya pucat. Dia langsung pergi meninggalkanku di atas panggung. Aku segera mencari Ditya di ruang kostum. Saat ingin membuka pintu, aku mendengar percakapan di dalam.“Anak bodoh. Kenapa kamu melakukan kesalahan? Kamu tahu, banyak teman-teman Papa yang menonton, mau ditaruh mana muka Papa. Keterlaluan.”“Maaf. Aku benar-benar gugup. Aku binggung, Pa.”“Makanya, dengarkan kata-kata Papa. Tidak perlu kamu mengajak pemain biola gadungan seperti dia. Berbakat apa? Permainannya sangat jelek. Seperti pengamen kampungan.”Tiba-tiba pintu terbuka. Papa Ditya kaget melihat aku yang berdiri di depan pintu. Papa Ditya tidak berkata apa-apa. Beliau langsung pergi setelah menatapku tajam.Ditya menatapku tajam.“Puas kamu, Rel? Sudah puas kamu mempermalukan aku? Sudah puas menghancurkan keinginanku?” teriak Ditya.“Maaf. Aku benar-benar gugup. Ak…aku…”“Halah, sudahlah. Kamu itu teman yang tidak tahu berterima kasih.”Ditya lalu berdiri menghampiriku dan mengambil biola yang ku pegang lalu melemparnya sekuat tenaga. Biolaku menghantam tembok, Ditya juga menginjak biola itu dan patah. “Ditya, biolaku?”“Biarkan. Biolamu tidak ada gunanya. Hanya membawa kesialan. Aku benci biola itu dan aku benci kamu, Aurel. Semua yang telah aku persiapkan bertahun-tahun, hanya dalam hitungan menit kamu hancurkan bersama biolamu yang gembel itu,” bentak Ditya.“Cukup Dit. Aku memang salah. Aku memang pemain biola gadungan. Aku seperti pengamen kampungan. Tapi Dit, biolaku ini sangat berharga, ini peninggalan almarhum mama. Kamu boleh mencaciku. Tapi bukan dengan merusak biolaku. Jika konsermu kali ini gagal, kamu bisa mengadakan konser lagi. Tapi aku? Apa aku bisa mendapatkan biola sama persis seperti ini? Pikir, Dit!! Kamu terlalu egois. Tidak memikirkan perasaanku juga.”Aku tidak bisa menahan tangisku. Aku pergi meninggalkan Ditya. Aku benci hari ini. Benci semua kebodohan yang sudah aku lakukan. Maaf Ditya, tapi kamu keterlaluan.Ternyata hidup tanpa sahabat itu sangat tidak nyaman. Sepi. Itu yang aku rasakan 2 minggu terakhir ini. Aku dan Ditya memang sudah tidak berkomuikasi lagi. Tapi memang itu adalah jalan terbaik. Pagi ini kuawali hari dengan kemalasan. Saat ingin berangkat sekolah, seperti biasa aku tidak bertemu papa. Dia pasti sudah berangkat kerja. Hanya ada Mbok Jum yang setia menemani pagiku. Aku menemukan sebuah biola berwarna merah muda di depan pintu rumahku. Sangat cantik. Aku heran, mengapa ada biola di depan pintu rumah. Siapa yang meletakannya? Oh…mungkin papa ingin memberi kejutan.“Rel, aku turut berdukacita, ya,” ucap Santya saat aku baru tiba di kelas.“Apa?” tanyaku heran.“Sabar ya, Rel, semua pasti ada hikmahnya,” kata seorang murid lain.Dan dengan seketika semua orang yang berada di dalam kelas menghampiriku, menyalamiku dan berusaha menghiburku. Seakan ada sesuatu hal yang terjadi. Tapi aku belum juga mengerti.“Gina, ada apa sih? Kok teman-teman menyalamiku?” tanyaku pada Gina akhirnya.“Lho? Kamu gimana sih, Rel. Semua menyalami kamu karena kita turut berdukacita atas meninggalnya Ditya, dia kan sahabat kamu. Jadi pasti kamu sedih banget, ya? Sabar ya, Rel.”Tuhan, apa yang baru aku dengar? Ditya? Steven Raditya? Meninggal? Aku pasti mimpi. Ditya tidak mungkin meninggal. Sangat konyol. Tuhan sadarkan aku dari mimpi buruk ini? Jantungku berdetak kencang. Pandanganku mulai berbayang. Tubuhku lemas hingga akhirnya semuannya menjadi gelap. Aku bahagia atas semua anugrah yang Tuhan beri….Terlebih saat ku menemukan wanita terindah seperti dirinya…Mampu hadirkan cinta disetiap hembusan nafasku….Beriku kedamaian disetiap langkah hidupku…Sentuhan kehangatan dalam setiap mimpi-mimpiku…Sayang, aku terlalu bodoh….tak mampu menjaga hatinya…Melukai perasaannya…Membuat hatinya mati kepadaku…Kini, dalam sepinya kalbu, aku akan pergiBawa putihnya cintaku dan berharap dirinya kan behagia…..SR dalam goresan cintaRibuan kali aku membaca surat itu namun air mataku tetap tidak mau berhenti. Surat itu diberikan oleh Papa Ditya saat aku datang ke rumahnya. Ditya, mengapa semua ini terjadi? Mengapa kamu benar-benar pergi dari hidupku? Perih rasanya mengingat Ditya.Bayang-bayang kematian Ditya yang tragis seolah menghantuiku. Ditya meninggal setelah mengantarkan biola itu ke rumahku, dia kecelakaan, mobilnya tertabrak kereta api dan kini aku membenci diriku sendiri. Aku membenci biola itu? Ya, biola merah muda yang sangat cantik dari Ditya dan dibelakang biola itu ada inisial namaku, AP. Ditya ingin menggantikan biolaku yang rusak dengan yang baru. Sayangnya setelah biola itu tergantikan, justru Ditya yang kini membuat hatiku sakit. Mengenangnya, mengingat semua tentang persahabatan kita, sungguh menyesakan dadaku. Ingin ku putar waktu dan perbaiki semua kesalahkan ku pada Ditya.Penyesalan ini sungguh memilukan. Aku benci biola!!! Biola telah membuat 2 orang yang aku sayangi pergi meninggalkanku. mama, Ditya, lalu besok siapa lagi? Aku benci biola! Aku benci mendengar setiap nada yang dihasilkan barang itu. Aku benci mendengar setiap alunan nadanya. Nada yang membuatku mengingat semua kenangan pahit. Akan ku buang jauh-jauh impianku untuk menjadi pemain biola . Maaf mama, papa, Ditya, aku tidak akan menyentuh biola lagi. Terlalu banyak kenangan buruk yang sudah kulewati bersama biola. Aku tidak akan melanjutkan perlombaan itu. “Selamat datang pada konser kolaborasi 2 musisi handal. Para hadirin dipersilakan duduk dengan tenang karena konser akan kita mulai. Ini dia, Jesicca Patrecia dan Steven Raditya. Beri tepuk tangan yang meriah.Mama? Ditya? Aku melihat mereka. Aku harap semua yang ada di depan mataku benar. Mama, Ditya, aku sangat merindukan kalian. Tapi bagimana mungkin mereka dapat konser bersama? Bukankah mama tidak mengenal Ditya? “Lagu ini kami persembahkan untuk seseorang yang sangat kami cintai. Dia sedang menghadapi banyak cobaaan. Tapi kami yakin, dia pasti mampu menghadapi semuanya. Lagu ini berjudul Give Me The Best.” Sudah lama aku tidak mendengar suara mama.Beberapa saat kemudian, mama memainkan biola biru muda kesayangannya dan Ditya dengan indah menyanyi dan memainkan pianonya. Semua penonton membisu, termasuk aku. Mendengarkan dan menghayati setiap syair lagu. Hingga sampai lagu selesai, tatapan mataku tidak pernah lepas dari mereka.“Untuk seseorang yang berada di bangku penonton, saya hanya ingin berkata, bahwa jangan pernah menyia-nyiakan talenta yang sudah Tuhan beri. Pergunakanlah, karena tidak semua orang memiliki kemampuan itu. Aurel, mainkanlah nada-nada indah melalui biolamu. Buatlah kami tersenyum. Mendengar setiap alunan indah yang kan tercipta.” Dengan segera aku berusaha berlari mengejar bayangan mama dan Ditya yang semakin menjauh. “Mama……….Ditya……..” teriakku. Keringat mengalir di tubuhku. Aku tersentak. Ketika ku sadari, aku masih berada di atas kasur. Bukan di konser. Jadi semua itu hanya mimpi? Kenapa terasa begitu nyata? Lalu apa maksud dari perkataan Ditya dan mama? Tuhan…bantu aku menjawab semua ini. Aku tidak mengerti.Paris.Kini kehidupanku berlanjut di kota impian mama, saat mama ingin mengadakan konser dulu. Akhirnya aku mengikuti Grand Final lomba biola itu dan ternyata Tuhan mempunyai rencana indah untukku. Aku menang dan aku mendapat beasiswa untuk memperdalam kemampuanku bermusik. Di Paris. Aku meninggalkan bangku SMA yang banyak memberiku kenangan. Berat memang. Tapi inilah keputusanku. Semua ini kupersembahkan untuk mama, papa dan Ditya. Juga semua orang yang telah mendukungku.. Aku dan biola akan tetap bersatu.Aku dan musik tidak akan pernah terpisahkan lagi.Aku memainkan biolaku. Memainkan lagu ciptaan mama, memainkan lagu ciptaan Ditya. Dalam setiap alunan nadanya mengantarkan rasa rindu dan sayangku untuk mama dan Ditya yang kini berada di tempat terindah.Terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan. Terima kasih atas setiap goresan cinta yang telah tercipta.

contoh

resteryrtytyhtgfhgfhjgjhs
fdgdfgfgfhfhgfhgfh

Rabu, 19 Januari 2011

Sehelai Kain Hitam

Aku Seiran, seorang pemuda berumur 16 tahun yang pendiam, sedang duduk di bangku taman sekolah, memegang sebuah buku catatan bercover hitam. Aku tengah membaca catatan-catatanku di masa lalu, mulai dari juni, juli, agustus, september dan pada akhirnya sampai ke bulan ini, November. 'Novembr', nama bulan ini entah kenapa selalu saja berbaur di antara masalah-masalah yang ada di pikiranku, seakan menambah daftar masalah yang tersendat, menunggu untuk di selesaikan.

WUSSSHHHH

Spontan aku menengok ke arah kanan, ke arah angin itu berhembus. "Lagi dan lagi," gumamku heran. Hampir setiap --mungkin memang setiap hari aku mengalami, mendengar dan melihat angin berhembus dengan tiba-tiba dekat dengan dirinya, seakan ada orang yangsengaja menghembuskannya demi mencari sensasi. "Keanehan ini seakan menunggu untuk dituntaskan. Aku tak kunjung mengerti atas mau anak itu,"

Seorang anak terus menangis. Anak perempuan, memakai gaun putih panjang lusuh. Ia selalu datang setiap malam ke kamarku, terduduk di pojok ruangan dekat meja belajarku. Menangis tak kunjung henti, seakan ia meminta pertolongan akan diriku. Aku telah berkali-kali memberanikan diri, bahkan sampai akhirnya aku tak takut lagi mendekati gadis kecil itu. Tapi... Aku tak mengerti apa yang terjadi padanya. Kulitnya terasa dingin ketika kumenyentuhnya. Dan setiap aku menyentuhnya, ia hanya menatap kepadaku, dengan air mata yang masih mengalir dari matanya. Tatapan dari mata hitamnya begitu sendu, membuatku terhenyak dan ingin memeluknya, mendekapnya.

Suara bel sekolah membuatku bangun dari lamunanku. Dengan cepat aku memungut pensil dan pulpenku yang tanpa kusadari terjatuh dan tak lupa buku catatanku, berlari ke arah pintu masuk. Saat aku tengah berjalan, aku merasakan sepasang mata sedang melihatku. Aku membalikkan tubuhku beberapa saat dan menangkap sosok gadis itu --lagi. Ia masih memakai gaun putih lusuh yang sama sambil memegang sebuah boneka beruang yang sudah rusak dan sama menyeramkannya dengan sadako di film-film horor. Lagi-lagi tatapan itu, tatapan yang sama sekali tak ingin kulihat. Aku mencoba tak memperdulikan gadis kecil itu dan pergi, berlalu ditelan ambang pintu.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

"Dimana... Dimana gaunku?" Aku tersentak, terbangun dari tidurku. Mimpi itu lagi. Gadis itu... Kenapa? Apa yang ia mau? Kenapa setiap malam ia selalu datang dan menggangguku? Tak lama, suara seseorang menangis terdengar bergema. Kegelapan malam menyelimutiku, membuat suasana aneh ini terus berlanjut. Aku menengok ke arah suara lirih itu. Anak itu lagi. Aku memejamkan mataku sesaat, berharap ketika aku membuka mataku, sosok itu akan pergi dengan segera. Ia masih di sana. "Carikan gaunku... Dimana gaunku?" ucapnya pelan sambil merintih. "Sudah sekian kali aku bilang, gaunmu tak ada di sini!" bentakku agak kesal. Aku benci jika anak ini terus-terusan berada di kamarku setiap malam, menanyakan dimana gaunnya.

Tapi di sisi lain, aku iba melihatnya menangis terus-menerus dan menatapku dengan sendu. Ia masih terisak. Dengan lemah ia mendongak, menatap mataku dengan dalam. "Aku mohon..." ucapnya sedih. Aku bisa melihatnya menggigit bibir bawahnya. Sedangkan air matanya masih saja mengalir, menuju pipi dan akhirnya jatuh ke lantai. Aku makin merasa kasihan padanya. Aku ikut menggigit bibir bawahku dan menjatuhkan diri ke lantai, menjajarkan diri dengan dirinya. "Aku sungguh tak mengerti apa maumu. Kenapa kau meminta gaunmu padaku?" ucapku pelan. Aku tak ingin membuatnya takut untuk bicara yang sebenarnya. "Gaun itu... Dibelikan mamaku..." ia berhenti sesaat untuk melanjutkan tangisannya. Ia masih terisak, bahkan belum bisa tenang. Lalu, ia pun melanjutkan penjelasannya, "Saat kebakaran 5 tahun lalu... Gaun itu hilang di sini... Di rumah ini..." Aku terkejut, heran. Mengapa ia bisa tahu soal kebakaran 5 tahun lalu itu? Apa mungkin... Ia salah satu orang yang mati terbakar saat insiden itu terjadi?

Saat aku memberanikan diri untuk bertanya, aksiku dihentikan oleh penjelasan gadis itu yang terus berlanjut, "Gaun itu dicuri... Aku... Aku ingin gaun itu kembali!" ia kembali menangis, menutupi wajahnya dengan tangannya, kembali terisak. Aku ingin sekali memeluknya, sosok kecilnya itu. Dengan ragu-ragu aku menjulurkan tanganku dan meletakkannya di kepalanya, membelai rambut hitamnya yang dingin dengan pelan. Aku berkata dengan pelan, "Aku akan mendapatkannya kembali. Kembalilah lagi nanti...". Senyuman tipis tersungging di bibirku. Perlahan, sosok itu lenyap tepat di depan mataku. Lenyap bagaikan asap dari cerobong di rumahku.

Minggu demi minggu berlalu, dan gadis kecil yang ternyata bernama Elize itu tak kunjung kembali. Apa ia tahu bahwa gaunnya sampai saat ini belum kutemukan? Aku sudah bertanya pada ayahku soal kebakaran 5 tahun yang lalu itu. Kata ayahku, 4 anggota keluarga Verlie itu tak ada yang selamat. Ibunya, Charel, ayahnya, Vincent, kakak laki-lakinya, Joshua dan Elize, semuanya terbakar hidup-hidup. Dan yang lebih mengherankan lagi, ia bilang bahwa semua harta dari mereka tak ada yang selamat, semuanya hangus menjadi abu. Lalu, apa maksud Elize bahwa gaun miliknya dicuri?

Bersambung…..

1. Dibawah ini merupakan gambaran dari proses kerja komputer.




Bagian output merupakan ...
a. proses pengumpulan data
b. proses pemasukan data
c. pengolahan data yang sudah dimasukkan dengan alat process
d. hasil pengolahan data
e. rekaman hasil data

2. aaa_bb@yahoo.co.id ini merupakan contoh dari…
a. sebuah situs b. sebuah e-mail
c. Sebuah chatting d. sebuah browser
e. sebuah browsing

3. Internet explorer merupakan salah satu contoh dari
a. jenis akses internet b. perangkat keras
c. fasilitas internet d. browser
e. istilah internet

4. Salah satu peripheral input adalah….
a. printer c. mouse e. speaker
b. monitor d. LCD Proyektor